Terdapat banyak lagu yang begitu multi interpretasi. Karena, kerapkali beberapa pendengar salah kira pada maksud lagu, makna lirik, dsb. Namun wajar, sebab lirik memanglah ada supaya (seharusnya) diinterpretasikan berbeda.
Satu diantara lagu yang demikian adalah “Anyer 10 Maret” milik Slank.
Lagu ini masuk dalam album ketiga Slank, Piss, yang launching pada tahun 1993. Bahkan juga tidak cuma lirik yang menimbulkan bermacam ria dugaan serta terkaan, bahkan juga sejarah pembuatannya juga sedikit misterius.
Bimbim, dalam satu wawancara dengan majalah HAI, pernah menyampaikan bahwa lagu itu diciptakan bersama Kaka. Waktu itu mereka baru saja putus cinta. Untuk melampiaskan kekesalannya, mereka berdua pergi ke Anyer. Mabuk-mabukan hingga pagi.
“Trus botolnya gue buang ke tengah laut, ” kata Bimbim waktu itu.
Jika mencermati liriknya, sekilas memang tampak bahwa itu lagu tentang putus cinta. Kehilangan kekasih. Ya semacam itu lah. Saya pikir saya tak sendirian dalam mengartikan lagu itu sebagai lagu cinta.
Namun salah satu reporter majalah mendapatkan sebuah cerita yang berbeda dari Iffet Sidharta, sang ibunda Bimbim, sekaligus manajer Slank.
Siang itu, 24 September 2013, Jakarta sedang panas. Rerporter tersebut datang ke Potlot untuk melakukan wawancara dengan Bunda – panggilan Iffet. Obrolan itu berlangsung lebih dari 1 jam. Sangat menyenangkan. Bunda orangnya sabar, suka sekali bercerita, dan ramah. Sama seperti apa yang Reporter tersebut bayangkan sebelumnya.
Dari percakapan itu pula saya mendapat versi berbeda mengenai proses penciptaan lagu “Anyer 10 Maret” yang sekarang jadi lagu legendaris.
Bunda mengatakan bahwa lagu tersebut adalah ciptaan Kaka. Itu bukan lagu cinta biasa. Itu adalah lagu cinta Kaka kepada sang ibunda, "Hiruna" .
Hiruna, yang merupakan adik dari Bunda Iffet, meninggal pada tahun 1980. Saat itu Kaka masih berumur 6 tahun. Kaka lantas diasuh oleh Bunda Iffet.
Kehilangan sang ibu di umur yang masih terlampau muda, membuat Kaka merindukan kasih sayang seorang ibu. Rasa rindu itu semacam abadi, membekas hingga Kaka beranjak dewasa.
Maka saya membayangkan, Kaka remaja (ia baru berumur 19 tahun saat album Piss dirilis), di antara sadar dan mabuk “… bergelas-gelas arak”, menuliskan lirik lirik untuk sang ibunda.
Malam ini
Kembali sadari aku sendiri
Gelap ini
Kembali sadari engkau telah pergi
[…]
Tanpa dirimu dekat dimataku
Aku bagai ikan tanpa air
Tanpa dirimu ada di sisiku
Aku bagai hiu tanpa taring
Tanpa dirimu dekap dipelukku
Aku bagai pantai tanpa lautan
Rasa-rasanya saya tak perlu lagi menceritakan betapa manisnya aura lagu ini. Setiap lagu ini dimainkan di konser-konser Slank, rasanya tak ada penonton yang menjerit histeris.
Di acara Soundrenaline 2013 di Yogyakarta, Slank tampil dengan formasi reuni. Saat Indra Q, mantan keyboard mereka, menekan tuts dan memainkan intro “Anyer 10 Maret”, alhasil semua penonton berteriak.